Disunnahkan berziarah ke
Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Masjid Nabawi). Ziarah
di sini boleh dilaksanakan kapan pun dan tidak ada khusus yang utama, tidak
khusus pada Maulid Nabi atau waktu lainnya. Dan ziarah ini pun tidak ada kaitan
dengan manasik haji. Namun barangsiapa yang berhaji, hendaklah ia menyempatkan
waktu ke Masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya ia mendapatkan
keutamaan shalat di dalamnya.
Beberapa dalil yang menunjukkan
disyari’atkan ziarah ke Masjid Nabawi adalah sebagai berikut:
1-
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أنا خاتم الأنبياء ، ومسجدي خاتم المساجد ،
وأحق المساجد أن يزار وتركب إليه الرواحل
“Aku adalah penutup para
Nabi, masjidku adalah masjid penutup para nabi dan yang paling pantas untuk
diziarahi dan bersengaja bersafar untuk beribadah ke sana.” (HR. Al Bazzar.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi sebagaimana
dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1175).
2- Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“Shalat di masjidku ini
lebih baik dari seribu shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram.”
(HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394).
3- Dari
Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ
مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ
“Di antara rumahku dan
mimbarku terdapat Roudhoh (taman) di antara taman-taman surga.” (HR.
Bukhari no. 1196 dan Muslim no. 1390).[1]
4- Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ - صلى الله عليه وسلم -
وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Tidaklah pelana itu
diikat –yaitu tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (dalam rangka ibadah ke
suatu tempat)- kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, masjid Rasul
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan masjidil Aqsho” (HR. Bukhari 1189 dan
Muslim no. 1397). Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudriy.
Hadits ini secara tegas menunjukkan keutamaan sengaja bersafar ke ketiga masjid
di atas. Dan ini berarti selain tiga masjid itu tidak dibolehkan jika sengaja
bersafar ke sana dalam rangka ibadah, baik itu ke kuburan wali maupun orang
sholih sebagaimana keterangan dalam tulisan di
sini.
Ketika masuk masjid Nabawi,
maka hendaklah mengucapkan do’a masuk masjid sebagaimana do’a yang dibaca
ketika masuk masjid lainnya, di antara do’anya: “Bismillah wash sholaatu was
salaamu ‘ala Rosulillah, allahummaghfirliy dzunuubi waftahlii abwaaba rohmatik”.
Kemudian melaksanakan shalat tahiyyatul masjid dan boleh memilih
melaksanakannya di Roudhoh jika memungkinkan. Kemudian setelah itu mengunjungi
kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam pada
beliau: “Assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rahmatullah wa barakatuh.”
Kemudian memberi salam setelah itu kepada Abu Bakr Ash Shiddiq dan ‘Umar bin
Khottob. Dan tidak boleh berhenti lalu berdo’a menghadap kubur Nabi
-shallallahu ‘alaihi wa sallam-, namun berdo’a hendaklah tetap menghadap
kiblat. Ziarah kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khusus bagi
pria. Lalu setelah itu menziarahi kubur Baqi’ yang dekat dengan Masjid Nabawi.
Lalu disunnahkan pula untuk berkunjung ke Masjid Quba untuk melaksanakan shalat
dua raka’at di sana.
Wallahu waliyyut taufiq.
@ Sakan 27 Jami’ah Malik
Su’ud, Riyadh-KSA, 5 Dzulhijjah 1433 H